17 Mrt. 2013

MENGAJARKAN PENDIDIKAN MEDIA BAGI ANAK USIA DINI

Memperhatikan derasnya informasi yang datang baik melalui media elektronik maupun media cetak dalam kehidupan anak-anak kita, sudah tidak waktu lagi bagi kita orang tua maupun orang dewasa yang memiliki perhatian akan tumbuh dan berkembangnya anak untuk mengkaji apakah MELEK MEDIA itu penting atau tidak, perlu atau tidak diberikan kepada anak-anak. Jawabannya sudah pasti harus YA!
Mengapa melek media menjadi penting dan harus dimiliki anak-anak kita? Seperti yang kita ketahui bahwa anak yang melek media maka ia akan mampu untuk mengakses sumber-sumber informasi, menganalisa secara kritis pesan-pesan media, mengevaluasi sumber media dan memproduksi pesan dengan menggunakan berbagai media. Agar anak dapat menjadi melek media maka diterapkan pendidikan media.
PENDIDIKAN MEDIA merupakan sebuah pendekatan yang dapat memberikan pemahaman mengenai sifat/karakter media, mengenal teknik-teknik yang digunakan dalam menyusun dan menyampaikan pesan, memahami bagaimana realitas ditampilkan di media, bagaimana media massa berinteraksi dengan khalayak (hak/peran masyarakat, dll), juga bagaimana media massa diorganisasikan, serta mempelajari bagaimana ‘bahasa’ media disampaikan.
Setelah kita memperoleh tujuan bahwa anak-anak perlu menjadi melek terhadap media, maka pemikiran selanjutnya adalah kapan sebaiknya pendidikan media diberikan kepada anak. Penulis berpendapat bahwa apabila pendidikan media diberikan pada saat anak duduk di bangku sekolah dasar tampaknya sudah sangat terlambat, mengingat anak-anak sudah sangat terekspose dengan media jauh sebelum mereka masuk bangku sekolah dasar. Oleh karena itu penulis menyatakan bahwa pendidikan media harus diberikan pada anak di jenjang usia dini. Sejak pertama kali anak dapat berinteraksi dengan media maka sejak itulah pendidikan media perlu diperkenalkan.
Semakin muda usia anak maka semakin besar peran dari orangtua atau orang dewasa di sekelilingnya untuk memperkenalkan pendidikan media itu. Sebagai ilustrasi ketika seorang bayi diberi akses untuk berhubungan dengan media, maka orangtua memiliki kewajiban untuk memilihkan jenis acara/bentuk informasi yang bisa dikonsumsi anak, kapan dan berapa lama anak dapat mengkonsumsi media tersebut. Apakah seorang anak usia di bawah 2 tahun bisa dibiarkan untuk menonton TV atau VCD sepanjang waktu dia terjaga, atau seorang anak usia 4 tahun dibebaskan untuk bermain games komputer berjam-jam agar dia tidak bermain-main di luar rumah dan lain sebagainya? Ilustrasi ini memberikan kesimpulan bahwa sebelum anak-anak usia dini diperkenalkan dengan pendidikan media maka kunci penting lainnya adalah memberikan pemahaman tersebut pada orangtuanya terlebih dahulu. Kesinambungan ini perlu dijaga agar pendidikan media dapat berhasil pada jenjang anak usia dini.
Bagaimana cara kita dapat mengajarkan pendidikan media kepada anak-anak usia dini? Pertama tentunya kita harus tahu dahulu bagaimana prinsip pembelajaran untuk anak usia dini. Anak usia dini adalah pembelajar yang aktif, situasi apapun, dengan cara apapun anak akan belajar tentang sesuatu. Dengan demikian kita harus bisa menyiapkan lingkungan dan sumber informasi yang benar dan tepat agar dapat anak pelajari.
Panca indera dan sensori merupakan alat yang paling ampuh bagi anak untuk belajar sesuatu, sehingga kita harus bisa memberikan kesempatan pada seluruh panca indera dan sensorinya untuk menjadi alat yang aktif digunakan anak untuk belajar.
Pemberian kesempatan pada anak untuk beraktivitas, melakukan eksprerimen, bereksplorasi dan banyak bertanya akan mendorong anak untuk dapat membangun pengetahuannya sendiri.
Penyediaan benda-benda kongkrit akan membuat anak lebih mudah untuk berpikir dan yang tidak bisa diabaikan adalah adanya lingkungan yang kondusif karena sumber belajar yang dekat dengan anak dalah lingkungannya sendiri.
Dari prinsip-prinsip pembelajaran yang sudah diuraikan di atas maka selanjutnya kita harus menyiapkan media pembelajaran dan materi pembelajaran yang berkaitan dengan pendidikan media tersebut yang tepat. Setelah materi dan media pembelajaran disiapkan maka dapat dilaksanakan pendidikan media tersebut dan tidak boleh melupakan proses evaluasi dari pelaksanaan pendidikan media agar memperoleh umpan balik atas kegiatan itu.
Di dalam menyiapkan media dan materi pembelajaran memang usaha keras dan juga kreativitas dari guru sangatlah dituntut. Tanpa kesediaan guru untuk mencari sumber informasi yang banyak dan juga kreativitas dalam mempersiapkan materi dan media pembelajaran tentulah kegiatan dalam pendidikan media menjadi tidak bermakna.
Guru harus dapat menurunkan dalam tingkat yang kongkrit apa yang dimaksud dalam pendidikan media tersebut, mencari contoh-contoh yang melingkupinya, memilih topik-topik apa saja yang bisa dan bermakna bagi anak di tingkat usia dini. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut dapat diasumsikan guru telah bisa memberikan fondasi munculnya anak melek media. Dasar menjadi melek media di tingkat usia dini ini harus terus dipupuk di tingkat pendidikan lanjutannya agar menjadi utuh terbangun pada diri anak yang kelak ketika dia dewasa telah dapat menggunakannya dengan baik.
Ayo guru-guru anak usia dini mulai berkreasi di dalam mengimplementasikan pendidikan media bagi anak didiknya

11 Mrt. 2013

 GALERI TK PKK PASIR WETAN TAHUN PELAJARAN 2012-2013




Karya Wisata di Fakultas Peternakan Unsoed

                                         Mengamati '' Kelinci''


Peringatan hari  Kartini di Pokmas Pasir Luhur
Pemberian PMT melatih kemandirian anak
Peringatan maulid Nabi Muhammad SAW
Keg. Ekskul DrumBand Di GOR Satria PWT
Keg.Makan Bersama dg mengedepankan Adab pd saat makan
Peringatan Hari Besar Islam.
Keg. Kelompok Kerja Guru Dabin Pasir
Foto Bersama Anak Peserta Didik dan Guru di Pokmas Pasir Luhur
Perkumpulan K3 TK Bagi Kepala TK Se- Wil Kec. Kr.Lewas
Tour Wisata di Pantai Pangandaran
Pelatihan " Finger Painting" di Gurinda Kab. Bms
Hasil Lukisan jari " Menghidupkan Motorik halus"

Kecerdasan Kinestetik dalam melatih Gerak dan Lagu
Lukisan Jari
Rapat Guru dan Pengurus Paguyuban, berserta orang tua peserta didik
Kepala dan Guru TK PKK di Pantai batu hiu Refressing sepanjang seth menjlnkan KBM

10 Mrt. 2013

TEPUK TK PKK PASIR WETAN 

Tepuk TK PKK (Bisa diganti nama TK masing-masing)
Tepuk 3X Aku
Tepuk 3X anak TK
Tepuk 3X PKK
Tepuk 3X pasir WETAN
Tepuk 3X Paling Oke
Tepuk 3X Yess

Tepuk Anak Pintar
Tepuk 3X Aku anak pintar
Tepuk 3X Tidak Boleh nakal
Tepuk 3X Patuh orang tua
Tepuk 3X patuh guru kita
Oyeah.


Tepuk Diam
Tepuk 3X Bila aku
Tepuk 3X Sudah tepuk
Tepuk 3X maka aku
Tepuk 3X harus diam
One, two, three, four Yes

Tepuk Rapi
Tepuk 3X Rapi Kanan
Tepuk 3X Rapi kiri
Tepuk 3X rapi semuanya
Yess

Tepuk Empat Kali
Tepuk 4X sambil berhitung satu, dua, tiga, empat
Kaki rapat, tangan di lipat, mulut di kunci, cekrek.

Tepuk Prestasi
Tepuk 1X satu
Tepuk 2X satu dua
Tepuk 3X satu dua tiga
Tepuk 4X satu dua tiga empat
Bisa, bisa Yess

Tepuk Islam
Tepuk 3X Tuhanku
Tepuk 3X Allah
Tepuk 3X Kitabku
Tepuk 3X Al Qur’an
Tepuk 3X Nabiku
Tepuk 3X Muhammad
Tepuk 3X Agamaku
Tepuk 3X Islam

Tepuk Cinta
Tepuk 3X Pertama aku cinta pada Allah
Tepuk 3X Kedua aku cinta Rasullullah
Tepuk 3X Ketiga Aku cinta kepada Ayah Bunda, semoga aku masuk surga
Tepuk 3X Amin, amin, Yess

Tepuk Anak Soleh
Tepuk 3X Aku
Tepuk 3X Anak Soleh
Tepuk 3X rajin sholat
Tepuk 3X Rajin ngaji
Tepuk 3X Orang tua
Tepuk 3X Dihormati
Tepuk 3X Cinta Islam
Tepuk 3X sampai mati
Laillahailallah Muhammaddarusulullah
Islam islam Yess

Tepuk Wudlu
Tepuk 3X Baca Bismillah lalu cuci tangan
Tepuk 3X Kumur-kumur basuh hidung basuh muka
Tepuk 3X dua tangan sampai siku kepala dan telinga terakhir cuci kaki lalu doa
Tepuk 3X yess

Tepuk Badut
Tepuk 3X mata besar
Tepuk 3X hidung tomat
Tepuk 3X perut gendut
Tepuk 3X goyang-goyang

Tepuk Ondel-ondel
Tepuk 3X Ondel-ondel
Tepuk 3X badan besar
Tepuk 3X rambut jagung
Tepuk 3X kalau jalan
Tepuk 3X timplang timplung timplang timplung

Tepuk Ayam
Tepuk 3X piyik-piyik
Tepuk 3X Petok-petok
Tepuk 3X Kukuruyuk

Tepuk Kambing
Tepuk 3X mbek embek
Tepuk 3X embek embek
Tepuk 3X mbeeeek

Tepuk Ikan
Tepuk 3X berenang
Tepuk 3X cari makan
Tepuk 3X sudah kenyang
Tepuk 3X diam

Tepuk Boneka
Tepuk 3X ithik-ithik
Tepuk 3X othok-othok
Tepuk 3X Thik thok, thik thok thik thok

Tepuk Teletubbies (Sambil menirukan gerakan teletubiess)
Tepuk 3X tinkie winkie
Tepuk 3X Dypsi
Tepuk 3X Lala
Tepuk 3X Poo


Es Es Krim
Tepuk 3X Ting ting ting ting
Tepuk 3X Tong tong tong tong
Tepuk 3X Juuuus

Tepuk Pistol
Tepuk 3X ambil pistol
Tepuk 3X isi peluru
Tepuk 3X lalu tembak
Dor dor dor

Tepuk bakso
Tepuk 3X glinding-glinding
Tepuk 3X tambah sambel
Tepuk 3X enak seger
Tepuk 3X bakso

Tepuk sate
Tepuk 3X di iris-iris
Tepuk 3X disunduki
Tepuk 3X dibakar
Tepuk 3X Sate

Tepuk tempe
Tepuk 3X di idak-idak
Tepuk 3X dibunteli
Tepuk 3X di dol

Tepuk empat sehat lima sempurna
Tepuk 3X nasi
Tepuk 3X lauk pauk
Tepuk 3X sayuran
Tepuk 3X buah-buahan
Tepuk 3X susu

Tepuk Panca Indra
Tepuk 3X mata
Tepuk 3X hidung
Tepuk 3X telinga
Tepuk 3X lidah
Tepuk 3X kulit

Tepuk Mata
Tepuk 3X lirik kanan
Tepuk 3X lirik kiri
Tepuk 3X mata

Tepuk Rasa
Tepuk 3X ada asam
Tepuk 3X ada asin
Tepuk 3X ada manis
Tepuk 3X ada pahit
Tepuk 3X macam-macam rasa

Tepuk keluarga
Tepuk 3X ada ayah
Tepuk 3X ada ibu
Tepuk 3X ada kakak
Tepuk 3X ada adik
Tepuk 3X keluarga

Tepuk tanaman
Tepuk 3X akar
Tepuk 3X batang
Tepuk 3X daun
Tepuk 3X bunga
Tepuk 3X buah


Tepuk Honda
Tepuk 3X ngeng ngeng (seperti orang ngegas)
Tepuk 3X ngeng ngeng
Tepuk 3X diiit (Sambil memegang hidung)


Tepuk Mobil
Tepuk 3X naik mobil
Tepuk 3X pegang setir
Tepuk 3X tekan klakson
Tepuk 3X din din din

Tepuk telepon
Tepuk 3X kring kring kring kring
Tepuk 3X kring kring kring kring
Tepuk 3X Hallo

Tepuk Huruf vokal
Tepuk 3X a
Tepuk 3X i
Tepuk 3X u
Tepuk 3X e
Tepuk 3X o


Tepuk Tertawa huruf vokal
Tepuk 3X ha ha ha ha
Tepuk 3X hi hi hi hi
Tepuk 3X hu hu hu hu
Tepuk 3X he he he he
Tepuk 3X ho h ho ho

Tepuk Pilot
Tepuk 3X aku
Tepuk 3X anak sehat
Tepuk 3X belajar
Tepuk 3X dengan giat
Tepuk 3X sudah besar
Tepuk 3X jadi pilot

Tepuk anak Indonesia
Tepuk 3X aku
Tepuk 3X anak Indonesia
Tepuk 3X tanah air
Tepuk 3X kubanggakan
Tepuk 3X cinta damai
Tepuk 3X selamanya

Tepuk Indonesia
Tepuk 3X Indonesia
Tepuk 3X Tanah Airku
Tepuk 3X Indonesia Raya
Tepuk 3X Lagu kebangsaanku
Tepuk 3X Garuda
Tepuk 3X Lambang negaraku
Tepuk 3X Pancasila
Tepuk 3X Dasar negaraku
Tepuk 3X Itulah Indonesiaku

Tepuk Merdeka
Tepuk 3X tujuhbelas
Tepuk 3X agustus
Tepuk 3X empat lima
Tepuk 3X merdeka

Tepuk Pulau Indonesia
Tepuk 3X ada Jawa
Tepuk 3X ada Sumatra
Tepuk 3X ada Kalimantan
Tepuk 3X ada Sulawesi
Tepuk 3X dan Papua
Tepuk 3X itulah Indonesia
Yess

Tepuk Bhinneka Tunggal Ika
Tepuk 3X Berbeda-beda
Tepuk 3X tapi tetap satu juga
Tepuk 3X Bhinneka Tunggal Ika
Tepuk 3X Yess

Tepuk Alam Semesta
Tepuk 3X ada bumi
Tepuk 3X ada bulan
Tepuk 3X ada matahari
Tepuk 3X ada bintang
Tepuk 3X ada komet
Tepuk 3X ada planet
Tepuk 3X alam semesta
Tepuk 3X ciptaan Tuhan
Yesss

Tepuk Pelangi
Tepuk 3X merah
Tepuk 3X jingga
Tepuk 3X kuning
Tepuk 3X hijau
Tepuk 3X biru
Tepuk 3X nila
Tepuk 3X ungu
Tepuk 3X mejikuhibiniu

Tepuk Pramuka
Tepuk 3X
Tepuk 3X
Tepuk 7X   
UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI INDONESIA MELALUI PROGRAM PEMBELAJARAN AUDIO INTERAKTIF UNTUK GURU & ANAK DIDIK

Menggali Potensi Audio dan Radio Interaktif dalam Memberikan Layanan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia

Oleh:
Drs. Denny Setiawan, M.Ed., Dra. Sri Tatminingsih, dan Afnidar, SPd., M.Sc.


Paper/Makalah ini telah diseminarkan dalam
Persidangan Antar Bangsa Pembangunan Malaysia- Indonesia Sempena dan Peluncuran Alumni UKM Cawangan Indonesia
4-5 April 2009, Hotel Park Lane - Jakarta


ABSTRAK

Dewasa ini pemerintah Indonesia melalui Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini sedang menggalakkan program pendidikan anak usia dini yang mencakup usia 0 – 8 tahun. Dalam upaya penggalakkan program tersebut, pemerintah Indonesia menghadapi berbagai masalah, diantaranya yang menonjol adalah bagaimana membuat sebanyak mungkin anak usia dini ikut dalam program pengembangan anak usia dini dan bagaimana menciptakan program pendidikan anak usia dini yang berkualitas. Berbagai model pembelajaran telah dijajagi oleh pemerintah Indonesia untuk menemukan model pembelajaran anak usia dini yang sesuai dan berkualitas serta dapat diaplikasikan di berbagai kondisi daerah di Indonesia. Menanggapi hal tersebut, pada tahun 2006 Pemerintah Amerika Serikat melalui program Decentralized Basic Education 2 (DBE2) yang dikelola oleh USAID mengajak Universitas Terbuka (UT) dan Pusat Teknologi informasi dan Komunikasi Pendidikan (PUSTEKKOM) mengembangkan program pembelajaran untuk pembelajaran anak usia Taman Kanak-kanak melalui teknologi sederhana yaitu audio interaktif. Program tersebut secara simultan dapat digunakan untuk melatih guru atau calon guru TK yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan anak usia dini dan mengembangkan potensi anak didik secara optimal. Keikutsertaan berbagai pihak yang kompeten dalam pengembangannya, membuat program ini mampu mencapai kualitas yang tinggi dalam bidang pengembangan anak usia dini, khususnya usia 5-6 tahun. Teknologinya yang sederhana membuat program ini dapat diaplikasikan di berbagai kondisi daerah di Indonesia. Tulisan ini merupakan kajian tentang kemungkinan penerapan secara luas program IAI dan IRI di Indonesia dalam rangka memecahkan masalah pemerataan dan peningkatan layanan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia



Pendahuluan

Dewasa ini Pemerintah Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini tengah gencar-gencarnya mengembangkan dan menyebarluaskan pendidikan anak usia dini (PAUD) ke seluruh pelosok Indonesia. Gerakan sadar PAUD ini dimulai dari timbulnya kesadaran pemerintah akan perlunya memperhatikan pendidikan anak sejak usia dini. Dalam upaya pemerataan dan peningkatan kualitas layanan PAUD, Pemerintah Indonesia menghadapi serangkaian masalah yang rumit. Berbagai model pendidikan jarak jauh telah dijajagi namun sampai saat ini tidak satupun model yang secara luas telah diaplikasikan ke seluruh pelosok Indonesia. Tulisan ini akan menguraikan peranan potensial yang dapat dimainkan oleh teknologi sederhana dalam membantu pemerintah Indonesia mensukseskan program layanan PAUD dan mendiskusikan apakah penggunaan CD player dan radio dapat menawarkan cara dengan biaya yang efektif (cost-effective) menuju pencapaian layanan PAUD berkualitas tinggi.

Sementara itu, program pembelajaran audio dan radio interaktif telah mencapai keberhasilan di dunia dalam beberapa dekade belakangan ini. Dengan pertimbangan tersebut, dalam rangka membantu Pemerintah Indonesia mengembangkan dan memeratakan layanan PAUD, The United States Agency for International Development (USAID) bermitra dengan Departemen Pendidikan Nasional Indonesia sedang mengimplementasikan program percontohan pembelajaran audio interaktif atau interactive audio instruction (IAI) untuk anak usia 5-6 tahun dan guru TK di tujuh provinsi. Tulisan ini mendiskusikan potensi IAI untuk menyampaikan layanan PAUD berkualitas tinggi dan kemungkinan mengambil program percontohan IAI sebagai sarana untuk memperluas layanan PAUD ke seluruh Indonesia. Tulisan ini menyimpulkan, dengan melihat pada tantangan pendidikan dasar yang lebih luas, pembelajaran audio dan radio interaktif dapat berperan dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dasar Indonesia.



Latar Belakang

Berbagai studi yang dilakukan secara luas, telah secara jelas menunjukkan peranan PAUD dalam mengembangkan keterampilan kecakapan sekolah; akan tetapi di Indonesia, tingkat penerimaan anak usia 4-6 tahun secara nasional dalam pelayanan PAUD masih sangat rendah. Angka statistik menunjukkan bahwa anak berusia 4-6 tahun yang mendapat layanan PAUD bervariasi antara 8, 15 dan 20 persen (World Bank, 2006). Hal ini berarti bahwa mayoritas anak Indonesia tidak mendapatkan layanan PAUD.

Jika dilihat dari besarnya investasi yang telah ditanamkan pemerintah Indonesia dalam pendidikan, maka dapat dikatakan bahwa seluruh investasi Indonesia dalam pendidikan masih sangat kecil dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Investasi untuk pendidikan anak usia dini lebih kecil lagi, dimana pelayanan utama disediakan hampir 100% justru oleh sektor swasta. Pengguna utama pelayanan anak usia dini adalah anak dari masyarakat berpenghasilan besar (Unesco, 2005). Sementara anak yang berasal dari keluarga berpendapatan rendah tidak dapat menikmati program kesiapan sekolah sebelum masuk ke Sekolah Dasar. Berbagai studi menunjukkan bahwa terdapat hubungan langsung antara banyaknya anak yang mendapat layanan PAUD dengan rendahnya tingkat droup out sekolah dan anak yang mengulang kelas. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bila kita melihat bahwa di Indonesia, di daerah dengan droup out sekolah yang tinggi, anak-anak yang mendapat layanan PAUD masih sangat rendah (Unesco, 2005).

Menyadari pentingnya PAUD, Departemen Pendidikan Nasional menaruh perhatian besar pada penyediaan layanan PAUD di seluruh Indonesia, yaitu mengupayakan layanan yang lebih luas dan lebih berkualitas. Rencana stratejik Departemen Pendidikan Nasional menyatakan bahwa di akhir tahun 2009 paling sedikit terdapat satu lembaga PAUD di setiap kabupaten. Untuk itu pemerintah merencanakan untuk memberikan dana lebih dari 50% kepada lembaga PAUD yang melayani anak dari keluarga berpenghasilan rendah. Di lain pihak, pelatihan dan peningkatan kemampuan pendidik PAUD, termasuk guru Taman Kanak-kanak (TK), merupakan prioritas penting lainnya dari pemerintah. Direncanakan pada tahun 2009 akan dilatih 65.000 orang terdiri dari pengelola dan guru PAUD (The World Bank, 2006, No:2)

Selaras dengan tujuan PAUD yang dicanangkan pemerintah Indonesia, USAID Decentralized Basic Education Program’s Teaching and Learning Component (DBE 2) telah bermitra dengan dua institusi di bawah Departemen Pendidikan Nasional yaitu Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (Pustekkom) dan Universitas Terbuka (UT), dalam rangka mengembangkan program audio interaktif. Program ini, yang meliputi paket audio dan bahan ajar cetak untuk TK dan lembaga PAUD, mempunyai target anak usia 5-6 tahun dan guru TK dengan mengikuti kurikulum nasional TK Indonesia. Program ini didisain untuk memenuhi kebutuhan guru dan pendidik PAUD yang berpendidikan rendah dan tidak terlatih di Indonesia, dan secara simultan menyediakan materi kegiatan yang relevan dan berkualitas tinggi kepada anak TK. Seluruh program audio ini berbasis metodologi IAI yang mendorong belajar-mengajar aktif di TK.

Program percontohan IAI akan dilakukan selama 3 tahun dan akan menguji efektifitas model IAI ini dengan melibatkan kurang lebih 200 TK di 7 propinsi di Indonesia. Hasilnya akan menunjukkan apakah IAI merupakan pendekatan yang efektif termasuk dari segi biaya untuk memenuhi tujuan Departemen Pendidikan Nasional dalam memperluas dan meningkatkan kualitas pelayanan PAUD. Proyek percontohan IAI saat ini sedang diimplementasikan di 200 TK (baik TK nasional maupun Islami) dan lembaga PAUD di 7 propinsi, yaitu Aceh, Sumatra Utara, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Utara.



Apakah IAI itu?

IAI adalah sebuah metode pendidikan berbasis audio yang secara aktif melibatkan anak yang didisain secara hati-hati, dan direkam pada kaset, CD atau MP3 player. Pendekatan berbasis audio memungkinkan kualitas yang tinggi dan relatif murah untuk didistribusikan secara luas. Materinya sesuai dengan muatan lokal karena diproduksi dan diujicoba di Indonesia dengan kontrol kualitas yang dilakukan secara ketat. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa semua anak menerima materi yang telah distandarisasi. IAI juga dikenal dengan nama Pembelajaran Radio Interaktif atau Interactive Radio Instruction (IRI), perbedaan yang utama dengan IAI adalah program IRI disiarkan melalui radio. IRI dikembang pada tahun 1970an untuk memecahkan masalah prestasi belajar yang rendah dalam bidang matematika di SD Nicaragua. Sejak itu, banyak pemerintah di dunia telah mengadopsi metodologi ini untuk memberikan berbagai macam mata pelajaran kepada anak dengan berbagai latar belakang yang berbeda, termasuk masyarakat yang sulit terjangkau dan jauh dari sekolah formal. Jika digunakan dengan benar, IAI/IRI dapat menjadi sumber belajar yang efektif untuk melatih guru dan anak secara simultan, membangun keterampilan guru dan membuat mereka mampu memainkan peranan yang lebih aktif, sehingga terjadi proses belajar mengajar yang lebih interaktif.

Studi tentang program IAI dan IRI di lebih dari 24 negara selama 25 tahun terakhir secara jelas menunjukkan perbaikan yang konsisten dalam prestasi sekolah. Studi tersebut juga menunjukkan bahwa anak yang menerima IAI/IRI dalam kegiatan belajar informal menunjukkan prestasi yang sama atau lebih baik dari mereka yang belajar di sekolah negeri. Penelitian juga mengindikasikan bahwa anak di sekolah negeri yang menggunakan IRI menunjukkan prestasi yang lebih baik dari mereka yang belajar di sekolah yang tidak menggunakan IRI (Education Development Center, 2007)

IAI/IRI telah terbukti menjadi mekanisme yang efektif untuk melatih komunitas pendidik yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan guru dan guru yang hanya mendapat sedikit pendidikan guru, menjadi guru yang lebih baik. IAI/IRI juga dapat menyediakan pendidikan kepada mereka yang tidak terjangkau oleh pendidikan konvensional–seperti mereka yang hidup di daerah terpencil atau mereka yang tidak mampu masuk ke sekolah konvensional. Pada tahun belakangan ini, program IAI/IRI telah didisain dan diimplementasikan di pra-sekolah, SD dan luar sekolah serta guru dan komunitas pendidik di berbagai negara, termasuk India, Mesir, Zambia, Nigeria and Honduras.

Penting untuk dicatat bahwa program IAI/IRI tidak didisain untuk merubah struktur pendidikan yang ada, tetapi apabila berhasil diaplikasikan, dapat menjadi sistem belajar yang melengkapi dan memperkuat kurikulum nasional. Program IAI/IRI didisain secara hati-hati sehingga dapat diaplikasikan dalam berbagai setting, termasuk formal dan non-formal.

Mengapa pembelajaran audio interaktif merupakan pilihan yang menjanjikan untuk menjembatani kesenjangan PAUD di Indonesia?

Sejumlah pengalaman global secara jelas menunjukkan bahwa jika dikembangkan dengan hati-hati dan diaplikasikan secara efektif, program IAI/IRI dapat membantu pemerintah dalam menjawab tantangan-tantangan dalam pendidikan, termasuk penyediaan layanan pendidikan berkualitas tinggi.

Kualitas

Tujuan program percontohan IAI adalah mengembangkan kualitas belajar mengajar PAUD dan meningkatkan kesiapan sekolah melalui:
menyediakan materi kegiatan berkualitas tinggi yang mengikuti kurikulum TK Nasional
secara simultan melatih guru dan mengajar anak
memfasilitasi belajar aktif dengan pendekatan berbasis PAKEM

Dalam rangka menjamin program yang berkualitas untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, proyek DBE 2 mengikuti suatu proses pengembangan yang sistematis dan telah terbukti efektif. Materi didisain berdasarkan praktek PAUD yang telah dikenal baik di Indonesia, mengikuti kurikulum nasional dan menggunakan materi PAUD yang kaya yang telah tersedia di Indonesia, termasuk lagu, cerita dan permainan. Untuk menjamin agar materi relevan dengan berbagai setting di Indonesia, tim pengembang yang terdiri dari unsur DBE 2, Pustekkom dan UT, bekerja secara dekat dengan berbagai stakeholder PAUD di Indonesia, termasuk orang-orang dari Direktorat PAUD, Ikatan Guru Taman Kanak-kanak (IGTK), perguruan tinggi yang menyelenggarakan program PAUD, dan guru-guru TK dari berbagai propinsi.

Suatu tim penulis naskah dari Pustekkom bertanggung jawab menulis naskah program audio yang kemudian diedit oleh ahli materi dari UT. Program diproduksi di Pustekkom dan diuji coba di dua atau tiga TK yang berbeda sebelum revisi dan produksi akhi dilakukan. Proses ini membantu menjamin bahwa kegiatan-kegiatan dalam program audio sesuai dan dapat dinikmati semua anak dan guru sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. Semua materi cetak juga melewati evaluasi formatif dan proses revisi.

Masing-masing TK dan lembaga PAUD yang berpartisipasi dalam program percontohan menerima paket materi yang meliputi:
• 1 CD player dan batere
• 106 CD berisi 40 menit program IAI
• Petunjuk Guru
• Empat Poster
• Lembar Kerja Anak
• Kartu nomor dan kartu huruf
• Gunting dan crayon

Guru TK yang berpartisipasi dalam program percontohan, mendapatkan pelatihan minimal dua kali yaitu cara menggunakan paket tersebut dan cara meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan IAI.

Biaya

Studi yang luas mengidentifikasikan bahwa pengembangan dan penggunaan IAI/IRI berbiaya rendah jika dibandingkan dengan penyediaan layanan program yang berkualitas lainnya. Ketika dibandingkan dengan model penyampaian pendidikan konvensional dan teknologi lainnya, model IAI/IRI membuktikan lebih murah dalam hal pembiayaan. Biaya program televisi misalnya, biasanya sepuluh kali lebih tinggi per murid dari pada program radio (The World Bank, 2005, No: 52)

Praktis

UT saat ini menyediakan in-service training kepada kurang lebih 10,000 guru TK/PAUD dengan menggunakan pendekatan multi-media untuk menyampaikan materi yang sebagian besar bersifat teori. UT sedang menjajagi program percontohan IAI sebagai sarana untuk memperluas in-service training programnya, dan menambah elemen “belajar sambil melakukan” pada program pelatihannya. Model in-service UT yang dikembangkan berdasarkan program percontohan akan sangat membantu Departemen Pendidikan Nasional dalam mencapai target pelatihan dan upgrading 65,000 guru PAUD pada tahun 2009.

Dapatkah pembelajaran audio and radio interaktif membantu Pemerintah Indonesia menjawab tantangan pendidikan dasar?

Pemerintah Indonesia mempunyai rencana upgrading guru yang ambisius, membutuhkan lebih dari satu juta guru untuk menambah kualifikasi mereka pada tahun 2015. Dapatkah IAI/IRI menjadi sumber belajar yang murah yang dapat membantu pemerintah Indonesia memenuhi kebutuhan upgrading? Studi yang dilakukan di sejumlah negara mengindikasikan bahwa program IAI/IRI merupakan sarana yang efektif dalam mendukung pengembangan guru. Beberapa negara, termasuk Africa Utara, Guinea and Nigeria, sekarang telah mengimplementasikan IAI/IRI dengan sukses berdasarkan program pelatihan guru pre-service dan in-service. Dan, seperti telah dibicarakan sebelumnya, UT sedang mencari kemungkinan untuk guru PAUD dan mencoba mengintegrasikan program IAI ke dalam program pelatihan guru in-servicenya. Mempertimbangkan hal itu maka pendekatan IAI/IRI dapat lebih murah biayanya dari pada pelatihan tatap-muka traditional (face-to-face training). Program audio berbasis pelatihan guru akan menjadi pilihan yang menarik untuk dieksplorasi oleh Departemen Pendidikan Nasional.

Dapatkah model IAI/IRI diaplikasikan untuk memecahkan masalah perluasan akses dan distribusi pendidikan dasar? Sistem belajar berdasarkan audio telah terbukti dapat menjadi sarana yang efektif untuk mencapai jumlah murid yang banyak yang terisolasi oleh jarak dan infrastruktur yang miskin. Hal ini didukung oleh fakta bahwa IAI/IRIdapat diaplikasikan dengan efektif , baik dalam setting formal maupun non-formal oleh guru atau fasilitator orang dewasa lainnya. IAI/IRI adalah metode yang telah terbukti menyediakan pendidikan berkualitas tinggi pada populasi yang sulit dijangkau dan jauh dari sekolah. Studi menunjukkan bahwa tingkat prestasi anak pedesaan yang menggunakan program IAI/IRI hampir sama tingginya dengan prestasi anak-anak diperkotaan. (The World Bank, 2005, No:52)

Di banyak bagian di Indonesia, kelas multigrade menimbulkan tantangan bagi guru. Di Papua, sebagai contoh, sekolah umumnya hanya mempunyai satu guru, meskipun pemerintah sudah berusaha meningkatkan pendapatan dan fasilitas guru sebagai insentif. (The World Bank, 2005, No:52). Meskipun sampai sekarang mayoritas program IAI/IRI hanya didisain untuk memenuhi satu tingkat kelas saja, namun tidak tertutup kemungkinan untuk mengaplikasikan IAI/IRI dalam memfasilitasi pembelajaran multigrade. Di India, sebagai contoh, program IRI yang didanai USAID telah dikembangkan untuk mendukung pembelajaran science dan matematika untuk mengombinasikan kelas lima/enam. Di Costa Rica, sebuah program IRI dikembangkan untuk guru kelas lima-enam.

Sementar ini, Indonesia, dalam menghadapi tantangan yang besar dalam rangka mengembangkan model PAUD yang komprehensif dan mencapai tujuan pendidikan dasar, telah memiliki sumber yang diperlukan untuk menjawab tantangan tersebut secara efektif. Tim DBE 2, Pustekkom dan UT telah mengantisipasi bahwa program percontohan IAI tidak hanya menunjukkan efektivitas IAI sebagai sebuah model untuk menjembatani kesenjangan PAUD di Indonesia, tetapi juga menunjukkan potensi IAI dan IRI untuk membantu Departemen Pendidikan Nasional dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dasar.



DAFTAR PUSTAKA

World Bank, (2004) “Early Childhood Education and Development in Indonesia An Investment for a Better Life,” Working Paper Series No. -2.

UNESCO, (2005) “Policy Review Report: Early Childhood Care and Education in Indonesia,” Early Childhood and Family Policy Series, Number 10.

Education Development Center, (2007). “Proof of Concept Study: Testing the Use of Interactive Radio Instruction (IRI) for Entrepreneurship Training with Adults,”.

The World Bank, (2005). “Improving Educational Quality through Interactive Radio Instruction,” Africa Region Human Development Working Papers Series No. 52,.

09 Mrt. 2013

MODEL PEMBELAJARAN ATRAKTIF


DI TAMAN KANAK-KANAK

Oleh: Kartini, S.Pd.
(Widyaiswara PPPG Tertulis Bidang Studi Keguruan)

Sasaran utama dalam kerangka sistem dan aktifitas persekolahan di antaranya mempersatukan pendidikan dan kreatifitas peserta didik. Tujuannya untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi yang dimiliki anak didik termasuk potensi memberikan respon kreatif terhadap hal-hal sekitar kehidupannya. Ada yang beranggapan bahwa bila daya kreativitas peserta didik rendah, maka secara pedagogis ada yang kurang pas dalam kerangka sistem dan aktivitas persekolahan.Malik Fadjar sebagai praktisi pendidikan berpendapat selama ini proses belajar mengajar terasa rutin dan statis, kalaupun ada perubahan atau perbaikan sifatnya masih sepotong-sepotong dan parsial. Padahal pembaharuan dan perubahan tidak hanya menyangkut didaktik metodik saja, melainkan menyangkut pula aspek-aspek pedagogis, filosofis, input, proses, dan output.

James W. Botkin menamai proses belajar itu dalam suasana inovatif [innovative Seaming). Suasana belajar yang inovatif dapat memecahkan persoalan-persoalan krisis dalam pendidikan dan membentuk ketahanan anak didik maupun sekolah dalam menghadapi kehidupan serta menjaga harkat martabat manusia supaya tetap berkembang.

Sementara ini ada pemahaman yang salah, mereka menganggap bahwa guru TK tidak lagi berpandangan bahwa taman yang paling indah tempat bermain dan berteman banyak yang penuh dengan suasana inovatif. Akan tetapi tempat belajar, tempat mendengar guru mengajar dan mengerjakan PR. Tentu saja hal itu akan membuat anak-anak jenuh, pasif, dan terlebih lagi hilang sebagian masa bermainnya.

Dalam tulisan ini mencoba menguraikan bagaimana mempertemukan pendidikan dan kreativitas pada anak didik melalui model pembelajaran di TK yang atraktif.

PPPG Tertulis telah rnengadakan studi banding pada sekolah Taman Kanak-kanak di wilayah Bandung tengah mengenai pengembangar model pendidikan di TK. Berdasarkan temuan di lapangan ada beberapa TK yang sedang menerapkan pengembangan –model pendidikan untuk TK Atrakfif.

Gagasan TK Atraktif tersebut pada dasarnya mempakan upaya mengembalikan TK pada fungsinya yang hakiki sebagai sebuah taman yang paling indah. Maksud tainan di sana yaitu TK yang menyenangkan dan menarik. Selain dari itu, dapajuga menantang anak untuk bermain sambil mempelajari berbagai hal tentang bahasa, intelektual, motorik, disiplin, emosi, dan sosiobilitas.Kata atraktif mengandung makna selain menarik dan menyenangkan juga penuh kreativitas dan dapat mendorong anak bermain sambil belajar sesuai dengan prinsip pokok pendidikan di TK.

Pengembangan Model Pelajaran untuk TK Atraktif

Seperti yang sudah diuraikan di atas, bahwa tujuan pokok dari pengembangan TK atraktif ialah mengembalikan dan menempatkan TK pada fungsinya yang hakiki sebagai sebuah taman. Secara khusus, pengembangan TK atraktif bertujuan untuk:
Menanamkan filosofi pelaksanaan pendidikan di Taman Kanak-kanak. Filosofi pendidikan TK telah disusun dan dituangkan dengan indahnya dalam mars lagu TK. Mars TK bukan hanya sekedar dinyanyikan, tapi merupakan pengejawantahan isi dan makna yang tertuang dalam lagu tersebut. TK adalah “taman yang paling indah”, secara filosofi seharusnya menjiwai pelaksanaan pendidikan TK dengan berbagai bentuk kegiatan yang indah, menarik dan menyenangkan anak. “Tempat bermain”, yaitu melalui bermain anak akan “berteman banyak”, urrtuk mempelajari karakter, keinginan, sikap, dan gayatingkah laku masing-masing.
Menyebarkan wawasan tentang pelaksanaan pendidikan TK yang atraktif. Tingginya derajat penyimpangan TK mengharuskan perlunya secara intensif penyebaran wawasan dan pemahaman tentang makna dan proses pendidikan TK atraktif.
Mengubah sikap dan perilaku guru yang belum sesuai dengan kerakteristik pendidikan di TK.
Mendorong munculnya inovasi dan kreativitas guru dalam menciptakan dan mengembangkan iklim pendidikan yang kondusif di TK.

Selanjutnya suatu Taman Kanak-kanak dapat dikatakan atraktif apabila memenuhi 3 persyaratan yang disebut sebagai 3 pilar utama.

Pilar pertama: Penataan lingkungan, baik di dalam maupun diluar kelas. Walaupun penataan lingkungan di TK sudah ada dalam buku pedoman sarana pendidikan TK. Namun bagi seorang guru yarrg kreafif, tidak ada sejengkal ruangan yang tidak bisa dijadikan sarana pengembangan anak. Segi penataan lingkungan di dalam kelas, setiap ruangan, mulai dari lantai, dinding, rak buku, jendela, sampai langit-langit dapat dibuat menjadi atraktif. Begitu juga segi penataan lingkungan di luar kelas, mulai dari pintu gerbang, jalan menuju kelas, tanaman hias, apotik hidup, kandang binatang ternak, saluran air, tempat sampah, papan pengumuman, ayunan, jungkitan, papan luncur sampai terowongan semuanya bisa dirancang atraktif. Contoh: Pintu gerbang- bisa dibentuk menjadi bentuk ikan hiu, harimau atau ayam.

Pilar kedua: Kegiatan bermain dan -alat permainan edukatif, Merancang, dan mengembangkan berbagai jenis alat permainan edukatif, bagi guru yang kreatif akan menggunakan bahan-bahan yang terdapat di lingkungan sekitar anak, misalnya terbuat dari koran, kardus, biji kacang hijau, batang korek api, lilin, gelas aqua dan sebagainya. Demikian pula pada kegiatan pengembangan kemampuan anak, akan dikemas oleh guru menjadi kegiatan yang menarik. dalam suatu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), contohnya dalam pembukaan ada kegiatan brainstorming, dalam proses permainan ada kegiatan fun cooking, sandal making, story reading, atau story telling.

Pilar ketiga: Ada interaksi edukatif yang ditunjukkan guru. Guru TK harus memahami dan melaksanakan tindakan edukatif yang sesuai dengan usia perkembangan anak. Mulai dari. pembukaan kegiatan proses KBM sampai penutup kegiatan. Tindakan guru dapat dimulai dengan memberikan teladan, misalnya cara duduk, membuang sampah etika makan, berpakaian, berbicara dan sebagainya. Demikian pula cara bertindak, misalnya memberi pujian dan dorongan pada anak, menunjukkan kasih sayang dan perhatian hendaknya adil.Beberapa

Beberapa Model Pendidikan TK Atraktif

Dalam tulisan ini, akan dikemukakan 2 contoh model pendidikan TK atraktif, yaitu Pengajaran Suara, Bentuk dan Bilangan dan Sistem PengajaranSentra.

1. Pengajaran Suara, Bentuk, dan Bilangan

Konsep pengajaran suara, bentuk dan bilangan berawal dari konsep dasar yang dikemukakan oleh John Heindrich Pestalozzi. Walaupun Pestalozzi hidup pada abad 16, tapi pandangan dan konsep-konsepnya banyak yang menjadi kerangka dasar para pemikir pendidikan anak untuk Taman Kanak-kanak di abad sekarang. Salah satu karyanya berjudul “Die Methoden” yang mengupas tentang metodologi pembelajaran dalam beberapa bidang pelajaran. Salah satu pandangannya yang sangat relevan dalam pendidikan untuk TK atrakfif adalah konsep pembelajaran yang menekankan pada suara, behtuk dan bilangan. Konsep ini sangat dekat dengan pengembangan potensi anak pada dimensi auditori, visual dan memori yang tepat digunakan bagi perkembangan anak TK.

Pandangan Dasar tentang Pendidikan

Pestalozzi mempunyai pandangan bahwa pendidikan bukanlah upaya menimbun pengetahuan pada anak didik. Atas dasar pandangan ini, ia menentang pengajaran yang “verbalists”. Pandangan ini melandasi pemikirannya bahwa pendidikan pada hakikatnya usaha pertolongan (bantuan) pada anak agar anakmampu menolong dirinya sendiri yang dikenal dengan “Hilfe Zur Selfbsthilfe“.

Dilihat dari konsepsi tujuan pendidikan, Pestolozzi sangat menekankan pengembangan aspek sosial pada anak sehingga anak dapat melakukan adaptasi dengan lingkungan sosialnya serta mampu menjadi anggota masyarakat yang berguna. Pendidikan sosial ini akan berkembang jika dimulai dari pendidikan ketuarga yang baik. A Malik Fajar dalam opininya tentang Renungan Hardiknas tanggal 2 Mei 2001 sangat mendukung gagasan untuk menghidupkan kembali pendidikan berbasis masyarakat (community base education) dan menjadikannya sebagai paradjgma barn sekaligus model yang patut ditindaklanjuti.

Pada kenyataannya baik pendidikan maupun sistem dan model-model kelembagaan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat mencerminkan kondisi sosial, ekonomi dan budaya. Jadi menurutnya pendidikan berbasis masyarakat akan memperkuat posisi dan peran pendidikan sebuah model sosial. Ada 3 prinsip yang menjadi dasar pendidikan ini, yaitu sebagai berikut.
Pendidikan TK menekankan pada pengamatan alam. Semua pengetahuan bersumber pada pengamatan.- Pengamatan seorang anak pada sesuatu akan menimbulkan pengertian. Pengertian yang baru akan bergabung dengan pengertian lama dan membentuk pengetahuan. Selain itu Pestolozzi juga menganjurkan . pendidikan kembali ke alam (back to nature), atau sekolah alam. Inti utamanya adalah mengajak anak melakukan pengamatan pada sumber belajar di lingkungan sekitar.
Menumbuhkan keaktifan jiwa raga anak. Melalui keaktifan anak maka ia akan mampu mengolah kesan pengamatan menjadi pengetahuan. Keaktifan juga akan mendorong anak untuk berinteraksi dengan lingkungan sehingga merupakan pengalaman langsung dengan lingkungan. Pengalaman interaksi ini akan menimbulkan pengertian tentang lingkungan dan selanjutnya akan menjadi pengetahuan baru. Inilah pemikiran Pestolozzi yang banyak menjadi topik perbincangan yang disebut belajar aktif (active learning).
Pembelajaran pada anak harus berjalan secara teratur setingkat demi setingkat atau bertahap. Prinsip ini sangat cocok dengan kodrat anak yang tumbuh dan berkembang secara bertahap. Pandangan dasar tersebut membawa konsekuensi bahwa bahan pengembangan yang diberikan harus disusun secara bertahap, dimulai dari bahan termudah sampai tersulit, dari bahan pengembangan yang sederhana sampai yang terkompleks.

Konsep Pendidikan Atraktif dari Pestolozzi

Ciri khas pandangan Pestalozzi mengenai proses pendidikan TK atrakfif yaitu melalui adanya pengajaran suara, bentuk dan bilangan. Semua bidang pengembangan yang diajarkan pada anak dikelompokkan dalam 3 kategori sebagai berikut.
Konsep suara mencakup bahan pengembangan bahasa, pengetahuan sejarah dan pengetahuan bumi.
Konsep bentuk mencakup pengetahuan bangun, menggambar dan menulis.
Konsep bilangan mencakup semua aspek yang berkaitan dengan berhitung.

Ketiga konsep di atas dapat melalui pengembangan AVM (Auditory Visual Memory). Melalui pengembangan AVM ini fungsi sel-sel syaraf akan berkembang dan selanjutnya akan dapat mengembangkan potensi-potensi lainnya seperti imajinasi, kreativitas, intelegensi, bakat, minat anak, misalnya dalam kelompok pengembangan auditori (bahasa), pengembangan perbendaharaan kosa kata anak dan kemampuan berkomunikasi harus mendapat perhatian intensif. Perbendaharaan kosakata akan menyentuh atau mempengaruhi dimensi potensi lainnya. Kemampuan anak berkomunikasi tergantung pada penguasaan kosakata anak.Dalam pelaksanaannya, pengembangan AVM dilaksanakan secara terpadu (intergrated). Kegiatan yang menggunakan metode percakapan dan bercerita, akan merupakan metode yang efektif dalam pengembangan AVM di TK.Sebagai contoh: memperkenalkan wama merah, bentuk bulat, rasa manis pada “Apel” merupakan salah satu model intergrated dalam pengembangan AVM.
Melalui gambar : anak diperkenalkan dengan pengertian “Apel”.
Melalui kosakata :anak mengucapkan kata “apel”.
Melalui bentuk :anak mengenal bentuk bulat.
Melalui bilangan :anak menghitung jumlahnya1, 2, 3 dan seterusnya.

2. Sistem Pengajaran Sentra

Model pendidikan ini, menitik beratkan pada pandangan seorang ahli pendidikan, Helen Parkhust yang lahir tahun 1807 di Amerika. Pandangannya adalah kegiatan pengajaran harus disesuaikan dengan sifat dan keadaan individu yang mempunyai tempat dan irama perkembangan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Setiap anak akan maju dan berkembang sesuai dengan kapasitas kemampuannya masing-masing. Walaupun demikian kegiatan pengajaran harus memberikan kemungkinan kepada murid untuk berinteraksi, bersosialisasi dan bekerja sama dengan murid lain dalam mengerjakan tugas tertentu secara mandiri. Pandangan ini mengisyaratkan bahwa Helen Parkhust tidak hanya mementingkan aspek individu, tapi juga aspek sosial.Untuk itu bentuk pengajaran ini merupakan keterpaduan antara bentuk klasikal dan bentuk individual. Sebagai gambaran pelaksanaan model ini, dapat diungkapkan sebagai berikut.

a) Ruangan kelas

Ruangan kelas dapat dimodifikasi menjadi kelas-kelas kecil, yang disebut ruangan vak atau sentra-sentra. Setiap ruangan vak atau sentra. terdiri atas satu bidang pengembangan. Ada sentra bahasa, sentra daya pikir, sentra daya cipta, sentra agama, sentra seni, sentra kemampuan motorik. Contohnya pada sentra bahasa terdapat bahan, alat-alat, serta sumber belajar seperti tape recorder, alat pendengar, kaset, alat peraga, gambar, dan sebagainya.

Pada sentra daya pikir berisi bahan-bahan ajar seperti alat mengukur, manik-manik, lidi untuk menghitung, gambar-gambar, alat-alat geometris, alat-alat laboratorium atau majalah pengetahuan. Demikian pula pada sentra khusus seperti sentra balok, sentra air, sentra musik atau sentra bak pasir.

b) Guru

Setiap guru harus mencintai dan menguasai bidang pengembangan masing-masing. Guru harus memberi penjelasan secara umum kepada murid-murid yang mengunjungi sentranya sesuai dengan tema yang dipelajari. Memberi pengarahan, mengawasi dan mempematikan murid-murid ketika menggunakan alat-alat sesuai dengan materi yang dipelajarinya. .Selanjutnya menanyakan kesulitan yang dialami murid-murid dalam mengerjakan materi tersebut. Selain dari itu guru sentra harus menguasai perkembangan setiap murid dalam mengerjakan berbagai tugas s’ehingga dapat mengikuti tempo dan irama perkembangan setiap murid dalam menguasai bahan-bahan pengajaran atau tugas perkembangannya.

c) Bahan dan Tugas

Bahan pengajaran setiap sentra terdiri dari bahan minimal dan bahan tambahan. Bahan minimal yaitu bahan pengajaran yang berisi uraian perkembangan kemampuan minimal yang harus dikuasai setiap anak sesuai tingkat usianya. Bahan ini harus dikuasai anak dan merupakan target kemampuan minimal dalam mempeiajari setiap sentra tertentu.

Bila anak sudah menguasai bahan pengajaran minimal, dapat memperoleh bahan pengajaran tambahan, yang merupakan pengembangan atau pengayaan dari pengajaran minimal. Pengayaan ini diberikan bisa secara individu maupun kelompok pada anak yang menguasai bahan minimal pada satuan waktu yang relatif sama. Bahan pengayaan ini tentu saja disesuaikan dengan kondisi lingkungan, dengan demikian anak dipersiapkan untuk menghadapi kehidupan sesuai dengan kenyataan dengan penuh tanggungjawab.

Bahan setiap sentra hendaknya terintegrasi dengan sentra lainnya. Di bawah ini merupakan contoh adanya integrasi antar sentra bidang pengembangan.

Tema : Tanaman

Sentra bahasa: Dramatisasi “Fun Cooking”‘
Sentra musik: bernyanyi menanam jagung
Sentra Aritmatika: belanja dan menghitung sayur-sayuran
Sentra air: memelihara dan merawat tanaman

d) Murid dan Tugasnya

Setiap murid akan mendapat tugas dan penjelasan secara klasikal. Masing-masing murid dapat memilih sentra yang akan diikutinya. la bebas menentukan waktu dan menggunakan alat-alat untuk menyelesaikan tugasnya. Setiap murid tidak boleh mengerjakan tugas lain sebelum tugas yang dikerjakannya selesai.Untuk mengembangkan sosiobilitas, murid boleh mengerjakan tugas tertentu bersama-sama. Dengan cara ini murid akan mempunyai kesempatan bersosialisasi, bekerja sama, tolong menolong satu dengan lainnya. Murid yang dapat menyelesaikan suatu tugas atau sudah menguasai bahan minimal, ia dapat meminta tugas tambahan dengan memilih kegiatan lain yang digemarinya. Agar perbedaan setiap murid tidak terlalu jauh, guru dapat menetapkan bahan maksimal pada setiap pokok bahasan. Bila murid tidak dapat menyelesaikannya di sekolah, karena suatu hal, maka guru dapat memberi izin untuk menyelesaikannya di rumah.

e) Penilaian Kemajuan Murid

Untuk menilai kemajuan murid digunakan tiga jenis kartu penilaian, yaitu kartu kemajuan individu, kartu rekapitulasi (mingguan, bulanan, catur wulan) dan kartu rekapitulasi laporan perkembangan setiap murid.

Penutup

Beranjak dari uraian di atas, mengenai model pembelajaran TK atraktif, maka dapat disimpulkan bahwa betapa sistem dan praktik pendidikan perlu dirancang, dikembangkan agar secara nyata menumbuhkan daya cipta peserta didik, melahirkan

hal-hal yang baru, kemampuan berpikir secara divergen, kemampuan merealisasikan gagasan dan keinginan yang koheren dengan situasi-situasi baru, membangun konstruksi pemikiran dan aksi yang positif.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi dunia pendidikan pada umumnya..Amien.

Sumber Bacaan
Moeslichatoen R. (1999). Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak, Depdikbud, Dirjen Dikti, Proyek Pendidikan Tenaga Akademik IKIP Malang.
Depdiknas (2000). Diklat calon instruktur guruTK atraktif, Pengembangan Model Pendidikan untuk TK Atraktif, Depdiknas, Dirjen Dikdasmen,PPPG Keguruan Jakarta, 2000.
Fadjar A. Malik, (2001). Pendidikan dan Kreativitas, Renungan Hardiknas, Harian KOMPAS, Mei 2001.
Hapidin, (1999). Model-model Pendidikan untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Ghiyats Alfiani Press.